HARAPAN ITU NYATA! Catatan Perjalanan Misi Kalimantan 3 - Desa Tamong - Kalimantan Barat
oleh Tim Misi kalimantan : 16-10-2011, Dibaca: 5506 kali
Kami terkejut melihat bukit indah yang dulu begitu hijau di dekat sekolah, kini sebagian sudah gundul. Sedih melihat pesona keindahan alam ciptaan Tuhan yang dirusak oleh tangan manusia. Tapi hal ini bukan hal yang aneh bagi warga desa Tamong, Apalagi sekarang adalah musim berladang. Sudah menjadi kebiasaan turun temurun bagi warga untuk terus menerus membuka lahan baru untuk bercocok tanam. Keterbatasan pengetahuan, ketiadaan teladan, ditambah lagi dengan keengganan masyarakat untuk berubah dari pola lama menjadi faktor penghambat perubahan di desa ini.
Gambar 1: Bukit sebelum gundul (Desember 2010), Gambar 2 : Bukit Gundul (September 2011)
Misi kali ini, yang didukung oleh Rumah Sakit Bethesda Serukam, merupakan misi ketiga kami di Tamong. 2 kali misi sebelumnya diadakan pada bulan Desember 2009 dan Desember 2010. Desa ini berada di kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang – Kalimantan Barat.
Dalam misi yang diadakan dari tanggal 26 Agustus - 04 September 2011 ini, RSU Bethesda juga mengutus 5 orang karyawannya untuk bersama-sama ikut ke desa Tamong. Terdiri dari 1 dokter, 2 perawat, 1 penginjil, dan 1 lagi adalah Aldo, Alumni Pelayanan Siswa Perkantas Surabaya yang kini bekerja sebagai staf IT di RSU Bethesda. Tim Misi Kalimantan 3
Perjalanan ke Desa Tamong
Dengan kondisi yang sangat terpencil, perjalanan ke desa ini membutuhkan waktu 2 hari. Kami yang terdiri dari 20 orang berangkat dari bandara Juanda Surabaya tanggal 26 Agustus pukul 07.30 pagi. Perjalanan udara ke Pontianak ditempuh selama 4 jam. Dari Pontianak, kami menggunakan bus ke RSU Bethesda Serukam, selama 6 jam. Kami bermalam di Serukam dan baru melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Perjalanan dari Juanda-Pontianak-Serukam
Di hari berikutnya, pukul 05.45, kami berangkat menggunakan bus ke Seluas. Di sini kami harus menggunakan perahu motor ke desa Bumbung. Karena kondisi musim kemarau, sungai Pinyuh yang kami lalui menjadi cukup dangkal. Beberapa kali kami harus turun dan mendorong perahu, karena di beberapa tempat air hanya setinggi betis. Jika 2 kali misi sebelumnya, perjalanan sungai ditempuh selama 2,5 Jam, kali ini harus ditempuh selama 4 jam. Dari Bumbung, kami masih harus berjalan kaki melewati perbukitan selama 3-4 jam. Waktu menunjukan pukul 19.45 ketika kelompok terakhir sampai di Tamong. Rangkaian perjalanan kami selama 2 hari ini pun berakhir. Tapi misi kami yang sesungguhnya baru akan dimulai.
Perjalanan Air Seluas - Bumbung
Remaja dan anak-anak yang membantu mengangkat barang
Perjalanan Darat Bumbung - Tamong
Memulai Pelayanan di Desa Tamong
Terbersit pertanyaan dalam diri kami ketika melihat kehadiran warga dalam ibadah minggu, yang sekaligus merupakan pembukaan rangkaian kegiatan kami di Tamong. Ibadah ini memang dipenuhi oleh anak-anak dan remaja, namun orang dewasa yang hadir tidak banyak.
Seusai ibadah, kami dibagi dalam tim-tim yang lebih kecil untuk mengunjungi seluruh penduduk Tamong. Kondisi desa Tamong kali ini lebih sepi dari tahun-tahun sebelumnya. Setelah kami tanyakan ke beberapa warga, ternyata karena kedatangan kami bertepatan dengan waktu berladang. Sehingga kebanyakan warga berangkat pagi-pagi ke ladang hingga menjelang malam. Kami baru mengerti, mengapa di gereja tadi begitu sepi. Akhirnya visitasi kami kali ini tidak bisa menjangkau seluruh rumah, karena banyak rumah yang kosong.
Visitasi Hari pertama di Tamong
Kehidupan di Desa Tamong
Kehidupan masyarakat di desa Tamong sangat memprihatinkan. Sebagian besar masyarakatnya bisa dikategorikan miskin. Sumber penghasilan mereka hanyalah ladang yang di tanam setahun sekali, dengan hasil yang terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama setahun. Lahan yang dipakai untuk berladang berpindah-pindah. Sehingga banyak hutan menjadi rusak karena kebiasaan ini. Kondisi pendidikan pun tak kalah memprihatinkan. Rata-rata warga di Tamong buta huruf. Sungguh memprihatinkan bahwa di usia kemerdekaan Indonesia yang ke 66 ini masih ada desa yang belum merdeka dari buta huruf. Satu-satunya sekolah yang ada adalah SDN 3 Tamong. Sayangnya, beberapa guru yang mengajar di sana sering tidak masuk karena tidak menetap di Tamong. Bersyukur ada hamba Tuhan di sana, Pak Inus dan Istrinya yang juga membantu mengajar di SD tersebut.
Dalam hal keagamaan, walaupun masyarakat kebanyakan memeluk agama Kristen dan Katolik, masih banyak praktek-praktek animisme. Hal ini seringkali menjadi penghambat Firman Tuhan sungguh-sungguh bertumbuh dalam diri masyarakat Tamong.
Selama 3 tahun ini kami membagi pelayanan kami ke dalam 4 tim. Yaitu Pelayanan Anak, Remaja, Visitasi dan Orang Dewasa, dan Pertanian. Dengan pola seperti itu, kami rindu perubahan yang terjadi bisa lebih holistik dan menyeluruh.
Pelayanan Visitasi dan Orang Dewasa
Jika pelayanan visitasi sebelumnya kami berusaha untuk melayani semua keluarga di desa Tamong, kali ini lebih difokuskan pada beberapa orang-orang kunci di desa ini. Kami berharap dengan kami membina warga lokal, mereka bisa membawa pengaruh bagi seluruh warga Tamong. Orang-orang kunci yang menjadi fokus visitasi kami adalah hamba Tuhan dan majelis gereja, serta 9 keluarga yang direkomendasi oleh hamba Tuhan di sana.
Pembinaan orang-orang kunci
Pembinaan bagi hamba Tuhan dan majelis di antaranya mengajari tentang konsep keselamatan, baca gali Alkitab, hidup dalam Firman dan Doa, metode penginjilan sederhana, okultisme, dan peran orang tua. Sedangkan untuk 9 keluarga yang kami visitasi, pendekatan kami kali ini berbeda. Kami berkunjung ke rumah keluarga tersebut, menghabiskan waktu bersama untuk ngobrol. Kami juga masak bersama. Lewat relasi yang lebih natural ini, kedekatan yang terjalin bisa lebih dalam. Selain itu, lewat percakapan dan relasi yang santai, banyak nilai-nilai yang bisa kami bagikan bagi keluarga-keluarga tersebut.
Pelayanan Pertanian
Dalam 2 misi sebelumnya, kami mengajari warga untuk membuat pupuk, terasering, dan menanam kedelai. Namun hal itu sulit diterapkan oleh warga. Bagi mereka, tidak ada masalah dengan pola yang sudah ada selama ini. Apalagi tanah mereka luas. Untuk apa harus membuat terasering jika lebih mudah membakar hutan untuk buat ladang baru?
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kami, sehingga dalam misi yang ke tiga ini kami mencoba mengajarkan bagaimana mengolah produk yang ada di Tamong untuk bisa lebih bervariasi, karena warga Tamong sangat terbatas dalam hal ini. Kami membawa makanan-makanan seperti keripik singkong, keripik pisang, dan marning, lengkap dengan gambarnya. Ketika warga menikmatinya makanan itu dan melihat gambar-gambar yang ada, mereka begitu antusias untuk belajar. Selama ini singkong digunakan untuk membuat tuak, bahkan untuk makanan ayam atau babi. Kami juga mengajari cara membuat kolak, sawut, dan sate. Lewat pelayanan kali ini, walupun sederhana, tapi kami berharap warga bisa menghasilkan produk-produk yang bisa dijual untuk meningkatkan perekonomian warga.
Masak Bersama Warga
Kami juga membagikan beberapa bibit sayur-sayuran yang mudah di tanam di sekitar rumah, dengan harapan lewat adanya “kebun sehat” bisa menolong meningkatkan gizi warga Tamong. Selain kegiatan pembinaan tersebut, di hari terakhir kami di Tamong, kami berkesempatan melakukan doa keliling Tamong. Hal ini kami rasa sungguh sangat penting untuk dilakukan mengingat adanya kuasa-kuasa kegelapan yang masih melingkupi warga Tamong dan hanya bisa dikalahkan oleh kuasa Tuhan melalui doa-doa yang kami naikkan. Doa Keliling Tamong
Pelayanan Anak
Mengajarkan tentang Tuhan kepada anak-anak, apalagi dengan bahasa Indonesia yang terbatas, bukanlah hal yang mudah. Namun selama 3 tahun ini, Tuhan memberikan kreatifitas yang luar biasa. Sehingga melalui drama singkat, permainan, dan kelompok kecil, kami bisa mengajarkan tentang Yesus sebagai satu-satunya Tuhan.
Games dan kelompok Kecil
Satu hal yang berbeda dari misi kali ini adalah tim pelayanan anak bersama anak-anak Tamong pergi berkeliling Tamong untuk memproklamasikan bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan yang berkuasa.
Proklamasi anak-anak keliling Tamong
Ketika kami melihat antusias dan kerinduan mereka untuk mengenal Tuhan, kami makin diteguhkan untuk dengan setia melayani anak-anak ini, karena merekalah masa depan Tamong. Anak Tamong berdoa
Pelayanan Remaja
Pelayanan remaja baru kami mulai pada misi yang kedua. Selama melayani remaja, banyak hal yang bisa kami gali tentang kehidupan remaja Tamong. Seks bebas merupakan hal biasa. Seorang pria dan wanita boleh melakukan hubungan seks jika melihat tikus. Ikatan pernikahan pun bukan hal benar-benar sakral di sana. Selain itu, setelah lulus SD, biasanya remaja Tamong akan pergi ke Malaysia untuk bekerja di sana.
Dalam 2 tahun ini kami berfokus, bagaimana menolong mereka untuk mencintai Tuhan. Kami mengajarkan mereka untuk berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Kerinduan kami adalah, dengan pengenalan mereka akan Firman Tuhan, merekalah yang akan menjadi agen perubahan bagi desa Tamong.
Potret Remaja Tamong
Metode kelompok kecil yang kami pakai dalam membina mereka cukup efektif. Relasi yang lebih dalam dan terbuka bisa terjadi. Kami mengajarkan mereka untuk berdoa dan mencintai Firman, menjaga kekudusan seks, mau untuk melanjutkan sekolah, dan juga meninggalkan penyembahan berhala yang diwariskan oleh orang tuanya.
Games
Kami bisa melihat perubahan-perubahan nyata dari para remaja. Beberapa dari mereka, sejak misi yang lalu, tekun membaca Alkitab setiap hari. Bahkan ada yang secara sembunyi-sembunyi, karena dilarang orang tuanya. Beberapa dari mereka bahkan berani menegur orang tuanya yang mengikuti Nyobeng (upacara penyembahan berhala di Tamong). Remaja Tamong
KKR dan Ibadah Penutup
Dalam Ibadah KKR dan Ibadah penutup, kak Eri Iwantoko dan k Marlia Ernawati menantang warga untuk mau menerima Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat dan mau hidup bagi Dia. Artinya mereka harus mau meninggalkan segala tradisi-tradisi penyembahan berhala, dan dosa mereka. Dan bersyukur melihat respon warga yang ada. 15 orang di KKR dan 33 orang di Ibadah Penutup mengambil komitmen untuk percaya Yesus dan mau menang atas dosa. Dan sebagian besar adalah remaja.
Ibadah KKR dan Penantangan
Harapan yang Nyata
Masih panjang jalan menuju perubahan itu. Namun perubahan-perubahan kecil yang kami lihat, terutama dalam diri anak-anak dan remaja, membuat kami yakin bahwa harapan perubahan itu nyata. Suatu saat, anak-anak dan remaja Tamonglah yang akan membawa Tamong pada pengenalan akan Tuhan dan menolong Tamong untuk maju. Dan kami percaya, bahwa Tuhan yang telah memimpin kami memulai misi ini akan terus menyertai dan menolong kami dalam menyelesaikannya.
KISAH LENGKAP PERJALANAN TIM MISI KALIMANTAN 3 :
Misi Kalimantan 2 - 2010 : START THE MISSION!!
Topik Terkait : PENYULUHAN PERTANIAN BAGI WARGA TAMONG - Jurnal Pelayanan Misi Kalimantan 4 ke Desa Tamong - Kalimantan Barat, 24 Juni - 3 Juli 2012 PELAYANAN BAGI MAJELIS DAN PENGURUS GEREJA - Jurnal Pelayanan Misi Kalimantan 4 ke Desa Tamong - Kalimantan Barat, 24 Juni - 3 Juli 2012 MASUK KE HIDUP MEREKA DAN BERDOA - Jurnal Pelayanan Tim Visitasi - Misi Kalimantan 4, 24 Juni – 3 Juli 2012 BERAKAR DALAM KRISTUS - Jurnal Pelayanan Tim Remaja – Misi Kalimantan 4, 24 Juni – 3 Juli 2012 Menjadi AlatNya bagi Anak-anak Tamong - Jurnal Pelayanan Tim Anak – Misi Kalimantan 4, 24 Juni – 3 Juli 2012 2 Komentar
|
![]()
KAMP KTB Mahasiswa 2018...
![]()
When God Write Your Love Sto...
![]()
Pray and Proclaim - Penutupa...
![]()
Evangelism Training and Gath...
Lihat Semua Kegiatan >>
![]() ![]()
2084144
Saat ini ada 89 tamu dan 0 online user |