more"/> more">
Di Luar Agenda
Last Updated : Jan 17, 2020  |  Created by : Administrator  |  546 views

Oleh Noni Elina *)

Agenda untuk mencapai resolusi

Memulai tahun yang baru, mungkin setiap kita sudah memiliki resolusi dan rencana yang telah disusun sedemikian rupa. Menyusun resolusi apa saja yang ingin dicapai di tahun ini bukanlah sesuatu hal yang salah. Hal itu menolong kita untuk memiliki fokus dan tujuan yang jelas. Dalam mencapai resolusi tersebut tentunya kita memiliki beberapa agenda. Semisal jika kita ingin memiliki tubuh yang lebih sehat di tahun ini, kita perlu membuat agenda untuk berolahraga setiap minggunya. Atau jika kita ingin memiliki taman di halaman depan rumah, kita perlu mempersiapkan segala kebutuhan dan memberi waktu untuk mengerjakannya.

Bagaimana dengan menghidupi visi Kerajaan Allah? Apakah hal ini masih perlu untuk terus masuk ke dalam susunan resolusi kita? Bagaimana jika menghidupi visi kerajaan Allah bukan sekedar salah satu dari reolusi itu, tetapi yang merupakan dasar dari setiap resolusi yang ada? Sejauh mana resolusi yang kita buat saat ini dapat mencapai visi Kerajaan Allah? Hal ini perlu kita pertimbangkan.

Bersiaplah untuk keluar dari agenda

Ketika membaca Yohanes 5:1-18, saya belajar dari Yesus yang mau keluar dari agenda-Nya, dan menaruh kepedulian terhadap seseorang yang telah 38 tahun mengalami lumpuh. Ayat 1 menunjukkan bahwa Yesus hendak berangkat ke Yerusalem untuk mengikuti hari raya orang Yahudi di Bait Suci. Sebagai Anak Allah, Yesus yang mau terlibat dalam hari raya ini menurut saya adalah wujud kerendahan hati. Tentu saja Yesus tahu bahwa dalam perjalanan Dia akan bertemu banyak orang sakit yang mengharapkan kesembuhan di sekitar kolam Betesda, salah satunya pria yang lumpuh itu.

Tidak hanya sekedar menyembuhkannya, Yesus membangun relasi dengan bertanya dan mendengarkan pria yang lumpuh itu bercerita betapa usaha yang dia lakukan selama ini sia-sia (ayat 6-7). Pria lumpuh itu bercerita bahwa usahanya selalu gagal karena setiap kali air di kolam Betesda bergoncang, dirinya tidak bisa masuk dengan cepat dan didahului oleh orang sakit lainnnya. Selanjutnya Yesus menyuruh orang tersebut “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” (ayar 8). Seketika itu juga sembuhlah pria itu dan dapat berjalan. Tentu saja Yesus tahu apa yang mejadi resiko menyembuhkan orang lumpuh itu di tengah keramaian (ayat 3) dan pada hari sabat (ayat 9). Inilah awal mula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus karena Dia telah meniadakan hari Sabat, serta mengaku sebagai Anak Allah (ayat 18).  

Sejauh mana kita mau keluar dari agenda kegiatan atau rencana awal ketika kita melihat seseorang membutuhkan pertolongan? Menghidupi visi Allah terkadang menuntut kepekaan kita untuk dapat melihat kebutuhan orang disekitar kita. Meski itu harus merombak agenda yang sudah kita susun dengan matang, maukah kita menjadi seperti Yesus yang menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan? Tujuan Yesus bukan hanya sekedar pergi ke Bait Suci untuk mengikuti hari raya, namun Dia terbuka akan peluang untuk melayani orang lain.

Mari kita berdoa untuk memiliki hati yang peka atas pimpinan Allah dan kemampuan untuk taat kepada Roh Kudus. Dengan demikian Allah dapat bekerja penuh melalui kita, karena sesungguhnya Dia berjalan mendahului kita mempersiapkan hati orang-orang yang siap untuk mendengarkan kabar baik. Tidak ada yang salah dengan membuat agenda untuk mencapai resolusi, tapi kiranya kita mau terbuka ketika Allah dengan tiba-tiba merombak setiap rencana itu, karena kita tahu sekarang bahwa semuanya demi kebaikan. Tuhan Yesus memberkati! ( Penulis melayani Pelayanan Siswa di Banyuwangi)


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES