more"/> more">
KOMUNITAS YANG MENGUATKAN KELUARGA
Last Updated : Oct 23, 2020  |  Created by : Administrator  |  704 views

RUT 4:1-17

... Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya pada pangkuannya dan dialah yang mengasuhnya. 

Dan tetangga-tetangga perempuan memberi nama kepada anak itu, katanya: "Pada Naomi telah lahir seorang anak laki-laki"; lalu mereka menyebutkan namanya Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud. 

 

Oleh Johan Dereta,M.A*)

 

Dalam ibadah pemberkatan perkawinan di Gereja yang pernah saya ikuti, selain berdialog dengan mempelai, pendeta biasanya juga melakukan dialog dengan jemaat yang hadir. Salah satu dialog, menanyakan kesanggupan jemaat membangun, mengingatkan, membantu keluarga baru tersebut. Pertanyaan sederhananya bisa demikian: “apakah jemaat bersedia untuk mengingatkan dan membantu keluarga baru ini?” Paling banyak, saya mendengar jawaban meyakinkan  dari jemaat, “ya, saya bersedia”. Beberapa kali saya memilih diam.

 

Lazimnya, jemaat merupakan komunitas tempat mempelai secara rohani bertumbuh. Kesanggupan yang ditanyakan Hamba Tuhan kepada jemaat saat acara pemberkatan perkawinan mutlak benar. Keluarga-keluarga dalam jemaat, utamanya yang telah mengalami masa perkawinan lebih lama, memiliki pengalaman berguna bagi keluarga baru. Sebagai persekutuan, tiap orang, tiap keluarga memiliki tugas saling membangun sesama anak-anak Tuhan. Bagaimana jemaat mengambil peran dalam mengingatkan dan membangun keluarga baru?

 

Jika saya tidak keliru, banyak  keluarga baru tumbuh begitu saja. Setelah pemberkatan perkawinan nyaris tak lagi mengalami bimbingan. Ibarat biduk di tengah samudera, banyak keluarga baru mengayuh sekuat tenaga. Mereka terombang-ambing berhadapan dengan gelora besar. Di samping mereka banyak teman, biduk-biduk kecil yang sama dengan mereka.  Komunitas atau jemaat tidak bisa disalahkan dengan kondisi ini. Terkadang persoalan yang dialami keluarga baru sengaja tidak diceritakan kepada siapapun. Banyak yang menyangka semua akan baik-baik saja. Memang, beberapa mampu melaluinya dengan baik, tetapi tidak sedikit yang gagal menghadapi persoalan.

 

Bagi yang memiliki hidup dalam komunitas rohani yang sehat, kakak rohani yang dekat, keluarga-keluarga baru biasa bercerita dengan terbuka.  Bagi mereka, ada teman untuk berbagi dan dikuatkan. Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki kakak rohani atau komunitas yang membangun, mereka akan berjuang sendirian. Inilah pentingnya komunitas, sangat berguna dalam perkawinan dan keluarga-keluarga (baru).

 

Bacaan Alkitab di atas menolong kita memahami makna komunitas. Fungsi komunitas tampak jelas, yakni membantu menyelesaikan masalah dan menguatkan. Pertama, Boas bertanya tentang persoalan “rencana” pernikahannya dengan Rut kepada tua-tua. Kelompok ini dihargai oleh komunitas mereka.  Pendapat, keputusan, dan berkat yang diberikan kepada Boas dan pasangan baru ini memberikan makna luar biasa. Di sini terlihat peran komunitas. Mereka memberikan peneguhan atas keputusan besar dan benar.  Kalimat berkat dan dukungan komunitas sangat penting dalam pembangunan keluarga ini.

 

Kedua, Di bagian penghujung kisah ini, para perempuan dari komunitas menyatakan kegembiraannya bersama-sama dengan Naomi. Mereka menyebutnya Naomi (ayat 17), sekalipun  pernah dilarang menyebut dengan nama itu; melainkan diminta memanggilnya Mara (1:20), karena kepahitan hidup yang dialaminyanya. Kegembiraan yang meluap di antara para perempuan ini, merupakan dukungan kepada Naomi. Para perempuan menyebut anak itu dengan Obed, yang diikatkan dengan nama Naomi, neneknya. Bukan Rut ibunya! Obed yang artinya pelayan, menjadikan bagian dari sukacita bagi Naomi, sukacita bagi komunitas, sukacita Israel, sukacita umat percaya. Dari benihnya, lahir keluarga, dimana sang Juru Selamat hadir!

 

Seperti halnya komunitas telah berperan kepada keluarga Boas, bagaimana komunitas bisa berperan saat ini?

 

Harus diakui, pandemi telah melahirkan banyak kesulitan. Salah satu contohnya, orang tua menghadapi persoalan saat anak-anak sekolah secara online. Beberapa orang tua mengeluh karena harus bekerja lebih, mengajari anak-anak mereka. Tidak jarang ada persoalan emosi pada orang tua. Anak-anak dirasa kurang menurut kepada orang tua jika dibandingkan kepada guru. Pada sisi lain, pandemi ini banyak melahirkan kreativitas, kecanggihan! Beberapa kegiatan bisa dilakukan dengan tanpa berpindah tempat. Hanya dengan menekan join seseorang bisa pindah ruangan. Perkiraan saya, tidak sedikit yang menyukai kecanggihan ini. pandemi telah membentuk kita hidup dengan kebiasaan baru ini.

 

Betapapun kesulitan akibat pandemi, komunitas harus tetap bisa berperan. Melalui kecanggihan teknologi semua komunikasi bisa dilakukan. Sejauh apapun itu, bisa dijangkau. Pengalaman yang penulis alami: di masa pandemi ini telah melahirkan tiga kelompok Pemahaman Alkitab alumni. Sebelum pandemi, tidak pernah terpikir untuk membentuknya. Pastinya, hal ini bisa dilakukan komunitas untuk menolong para orang tua yang mengalami kesulitan mengajari anak-anaknya.

(*Penulis adalah Staf yang melayani  Pelayanan Alumni di Perkantas Jember)

 

Ilustrasi gambar diambil dari web https://posmetropadang.co.id/wujudkan-keluarga-


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES