more"/> more">
Victor Kurniawan Pudjianto*)
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.”
Dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato demikian mengenai kemerdekaan, “Di seberang jembatan, jembatan emas inilah, baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.” Bagi Soekarno kemerdekaan adalah sebuah jembatan emas untuk mewujudkan visi besar bangsa ini, yaitu mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dengan semangat visi inilah pada akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan diri sebagai bangsa merdeka pada 17 Agustus 1945.
Visi besar ini tentu saja perlu keterlibatan seluruh rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Bacaan Matius di atas merupakan bagian dari khotbah di bukit memberikan sebuah peneguhan bahwa perwujudan cita-cita bangsa Indonesia juga menjadi tanggung jawab para pengikut Yesus di negeri ini. Dalam khotbah-Nya, Yesus mengingatkan bahwa para pengikut-Nya adalah garam dan terang dunia. Secara unik Yesus menggunakan keduanya untuk mengungkapkan pesan-pesan yang penting.
Sebagaimana yang kita tahu, garam berfungsi memberi rasa, dan mengawetkan atau mencegah terjadinya pembusukan. Sedangkan terang sendiri merupakan sebuah keadaan tiada kegelapan. Fakta ini menunjukkan pesan yang Yesus ingin ungkapkan melalui khotbah yang ingin Ia sampaikan yaitu supaya setiap orang mengingat panggilan mereka untuk mengerjakan hal-hal baik guna mewujudnyatakan kebaikan.
Jika dikaitkan dengan cita-cita kemerdekaan yang diungkapkan Soekarno, ajaran Yesus jelas merupakan sebuah panggilan bagi kita orang-orang yang dilahirkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia supaya berkontribusi untuk bangsa ini lewat karya-karya untuk
mewujudnyatakan kebaikan di tengah bangsa ini. Sebuah panggilan untuk mengambil bagian dalam pergulatan bangsa ini melalui talenta yang Tuhan berikan kepada kita. Kita harus menjadi GARAM dan TERANG bagi bangsa ini, dengan sehingga cita-cita kemerdekaan sungguh-sungguh terwujud. Soli Deo Gloria.(* Penulis melayani pelayanan mahasiswa di Perkantas Malang)