more"/> more">
Oleh Krisna Yogi Pramono
Suatu kali saya menceritakan Injil kepada anak pertama saya, Shema. Selesai bercerita tentang karya Kristus bagi keselamatan manusia, saya menjelaskan hal yang perlu dilakukan agar makin mengenal dan mengasihi Dia. “Pertama, kita harus rajin berdoa!” Ia manggut-manggut. Memang hampir tiap malam kami berdoa bersama. "Kita juga perlu membaca Alkitab,” saya melanjutkan. Spontan Shema merespons “Lho Pa, kok kita tidak pernah baca Alkitab!” Meskipun beberapa kali saya membacakan cerita Alkitab dalam bentuk komik atau buku bergambar, juga sering memutarkan video kisah-kisah Alkitab, kami memang belum melakukan pembacaan Alkitab secara rutin dan terencana. Celetukan polos itu menyentak dan mengingatkan kembali akan panggilan yang ditetapkan Tuhan bagi para orang tua, khususnya bagi para ayah, yaitu untuk membangun keyakinan yang teguh akan Allah, serta kasih dan ketaatan kepada Dia dalam diri anak-anaknya.
Dalam Ulangan 6:4-9, Tuhan memerintahkan para orang tua untuk mengajarkan kebenaran bahwa di muka bumi ini tidak ada tuhan yang layak untuk disembah selain daripada Tuhan Allah Israel; bahwa hanya Dia lah yang satu dan satu-satunya, dan tidak ada yang dapat dibandingkan dan disandingkan dengan-Nya (ay 4). Di atas pondasi pengakuan inilah maka orang tua harus melatih anak-anak mereka untuk hidup mengasihi Tuhan, dan untuk menunjukkan kasih itu dalam cara hidup dan perbuatan mereka sehari-hari (ay. 5). Pengajaran dan latihan hidup beriman itu harus disampaikan terus-menerus, berulang-ulang, dalam tiap interaksi yang terjadi (ay. 7).
Umat Tuhan juga diingatkan Tuhan untuk teguh memegang keyakinan akan Allah, serta hidup mengasihi dan mentaati-Nya (ay 6). Dengan demikian, anak-anak mereka dapat melihat teladan yang nyata tentang hidup beriman kepada Allah (ay 8). Sebab jika tidak, anak-anak tentunya akan dapat mempertanyakan seluruh kebenaran akan Allah dan cara hidup yang diajarkan oleh orang tua mereka. Saat seluruh keluarga hidup dalam iman dan ketaatan penuh pada Allah, maka masyarakat, termasuk mereka yang tidak mengenal Allah, pada akhirnya dapat menyaksikan demonstrasi cara hidup yang sejati sebagai umat dari Allah yang Esa (ay. 9).
Ulangan 6:4-9 pada esensinya merupakan mandat bagi para orang tua untuk mengerjakan pemuridan di dalam keluarga. Hal itu berarti, baik orang tua maupun anak-anak harus terus bertumbuh ke arah keserupaan dengan Kristus. Orang tua perlu terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus dan firman-Nya, dengan demikian dapat menolong anak-anak untuk juga makin mengenal Allah dan mengerti kehendak-Nya. Terlebih generasi sekarang berhadapan dengan isu-isu yang tidak mudah, baik dalam diri maupun dari lingkungan sekitar mereka. Untuk itu orang tua sedapat mungkin perlu memperlengkapi diri dengan pemahaman Alkitab yang mendalam sehingga dapat memberikan jawaban yang relevan dan bermakna terhadap pertanyaan anak-anaknya.
Orang tua juga perlu menghidupi Injil dalam keseharian. Itu berarti memperjuangkan kehidupan yang makin kudus, makin rendah hati, makin sabar, makin beriman, dst. Dan terutama itu berarti menunjukkan kehidupan yang makin mengasihi Allah, mengasihi pasangan, mengasihi anak-anak, mengasihi tetangga, dan mengasihi keluarga besar, dalam perkataan maupun tindakan nyata. Ketika anak-anak melihat dan merasakan kasih orang tuanya, maka mereka pun akan hidup dalam pola kasih yang sama. Saat seluruh keluarga dapat menghidupi Injil dalam keseharian, maka dunia dapat merasakan dan mengalami kehadiran Kristus yang nyata.
(*Penulis melayani Pelayanan Siswa di Perkantas Malang)