more"/> more">
Renungan E-Murid Spiritualitas Seorang Pelayan
Last Updated : Oct 06, 2023  |  Created by : Administrator  |  573 views

Oleh Lita Magda Kristanti

 

"Kak, ternyata pelayanan sebagai pengurus persekutuan sibuk banget ya, melelahkan ternyata", kata seorang adik kepada saya beberapa waktu yang lalu. Tentu saya bertanya mengapa dia bertanya seperti itu. Rupanya hal itu karena pelayanan saat ini telah kembali seperti sebelum pandemi. Kalau sebelum pandemi semuanya serba daring, sekarang mereka mulai melakukan secara luring.

Dari rapat ke rapat, kepanitiaan ke kepanitiaan, satu acara menuju ke acara lain, pertemuan kelompok kecil yang mulai intens, dan kesibukan pribadi lainnya yang tidak kalah menyita waktu. Kepadatan ini pada akhirnya membuat lelah. Dan kepadatan pelayanan yang seperti ini sedang dialami oleh banyak pelayan.

Tak jarang, kepadatan seperti ini membuat para pelayan hanya berfokus pada bagaimana agar program kerja segera selesai; acara selesai, langsung mempersiapkan acara yang selanjutnya. Namun kemudian yang dikesampingkan dan dikorbankan adalah spiritualitas. Spiritualitas tidak hanya berbicara tentang kondisi rohani, lebih daripada itu, bagi saya spiritualitas adalah tentang hal yang mendorong dan menggerakkan kita, serta menjadi api dalam pelayanan.

Yohanes 15:1-17 merangkum apa itu spiritualitas. Sebuah hidup yang melekat pada Allah, meneladani kasih Allah, yang kemudian berbuah melalui kasih pada sesama. Setiap pelayanan yang kita kerjakan harus didasari pada hal-hal tersebut. Kalau tidak, maka bagi saya, pelayanan hanya sebuah rutinitas, sebuah upaya penyelesaian proker, yang penting tugas selesai, tanpa dasar yang kuat dan jelas. Sebuah rutinitas yang berfokus pada program, bukan pada kasih pada jiwa-jiwa.

 

Maka dari itu, pelayan harus terus berjuang untuk membangun spiritualitasnya. Henri J. Nouwen menunjukkan bagaimana spiritualitas harus kita praktekkan. Ada 3 dimensi spiritualitas, yaitu 1) perjumpaan dengan Allah dalam doa, 2) perjumpaan dengan sesama dalam kehidupan, dan 3) perjumpaan dengan diri sendiri dalam keheningan (kontemplasi/meditasi).

 

Perjumpaan dengan Allah dalam doa dan waktu-waktu pribadi membawa kita kepada pengenalan dan kasih yang lebih dalam kepada Allah. Kasih kepada-Nya kemudian membawa kita berjumpa pada kasih kepada diri sendiri dan sesama.

Maka, saat ini kita perlu bertanya, dalam kepadatan pelayanan kita, apakah kita sudah memiliki waktu pribadi bersama Tuhan? Apakah kasih yang melandasi kita melayani?

Semoga, sebagai seorang pelayan, kita terus memperjuangkan spiritualitas kita. Tuhan memberkati. (* Penulis melayani pelayanan mahasiswa di Perkantas Malang)


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES