more"/> more">
Oleh Andre Yunius
“Ko, aku menjadi korban pelecehan,” kata seorang adik Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) saya beberapa waktu yang lalu. Pengakuan itu mengagetkan sekaligus membingungkan saya. Sontak saya menanyakan bagaimana hal itu terjadi. Dia mulai menceritakan apa dan bagaimana hal itu dapat terjadi, beserta dampaknya bagi hidupnya. Kejadian itu begitu menghantam hidupnya. Dia merasa dunianya saat itu sudah hancur. Apa yang ia percaya tentang kekristenan pun ikut hancur. Dia mulai mempertanyakan, “Mengapa Allah mengijinkan hal itu terjadi dalam hidupnya?” Nilai dirinya pun berantakan. Saya bergumul dengan apa yang bisa saya lakukan untuk menolongnya.
Pengalaman rohani setiap orang berbeda-beda. Ketika momen yang mengerikan dan menyakitkan datang dalam hidup, kita mengharapkan ada seorang yang datang, mendengar dan menolong kita yang dalam keterpurukan. Dalam hal seperti itu, apakah kita mau menjadi seorang yang hadir dalam hidup orang yang kita layani, termasuk adik KTB kita? Karena Tuhan Yesus telah hadir terlebih dahulu dalam hidup kita adalah alasan paling kuat untuk kita juga hadir dalam hidup orang-orang dekat yang Tuhan percayakan untuk kita layani.
Tuhan Yesus Hadir Dalam Kehidupan Manusia
Ketika Tuhan Yesus berada di dunia ini, Dia mencontohkan bagaimana pemuridan dapat terjadi. Selama 3 tahun Yesus melayani, fokus pelayanan yang dilakukan-Nya adalah melakukan pemuridan. Kita dapat melihat bagaimana kehadiran Yesus dalam kehidupan Petrus sebagai murid-Nya. Alkitab menggambarkan dengan detail interaksi antara Yesus dan Petrus.
Kitab-kitab Injil memberikan penjelasan detail mengenai interaksi Yesus dengan Petrus. Dimulai dari Andreas yang memperkenalkan Simon Petrus kepada Yesus (Yohanes 1:41-42), kemudian Yesus memanggil Petrus untuk menjadi penjala manusia (Matius 4, Markus 1 dan 3). Yesus meluangkan waktu-Nya kepada Petrus untuk mengajarkan Taurat, mengajarkan kehendak-Nya, membawa Petrus melalui pengalaman iman seperti ketika Petrus berjalan di atas air, menyembuhkan ibu mertuanya, dan momen-momen lainnya.
Mempelajari ajaran Yesus dan mengalami pengalaman yang luar biasa tidak membuat Petrus menjadi murid yang sempurna. Dia adalah seorang yang dipenuhi emosi, sangat cepat berjanji untuk mengikuti Yesus, bahkan rela mati demi Yesus (Matius 26:30-35). Namun, di saat Yesus akan disalibkan, Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 kali. Kegagalan-kegagalan Petrus tidak menghentikan kasih Tuhan Yesus terhadap dirinya. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus kembali mengingatkan panggilan Petrus melalui penangkapan ikan yang banyak di pagi hari (Yohanes 21:1-23). Rekonsiliasi terjadi ketika Sang Guru meneguhkan kasih Petrus kepada Sang Guru. Kehadiran Yesus yang bangkit saat itu membawa perubahan radikal dalam diri Petrus. Relasi yang dibangun oleh Tuhan Yesus melalui kehadiran, ajaran, dan kasih dalam hidup Petrus membantu serta menguatkan Petrus dalam pertumbuhan dirinya.
Kehadiran Yang Membawa Perubahan Hidup
Dalam menggumulkan pelayanan pemuridan, teladan Tuhan Yesus telah mengajarkan pentingnya kehadiran saya dalam hidup adik-adik yang saya layani. Saya melihat ada 3 hal yang perlu ada didalam kehadiran kita. Hal yang pertama, Injil harus nyata dalam kehadiran kita bagi adik-adik yang kita layani. Dosa merusakkan gambar diri dalam diri adik KTB saya. Pikiran yang terus muncul adalah ketidaklayakkan, rendah diri, dan rasa ingin menyerah dengan kehidupannya. Berita Injil membawa damai yang sejati didalam kondisi hidup yang menyakitkan, berita bahwa Tuhan yesus sudah memberi diri-Nya untuk kita manusia-manusia yang berdosa dan kasih yang begitu besar untuk kita orang-orang yang tidak layak menerimannya seharusnya membawa kelegaan didalam kondisi terburuk sekalipun. Berita Injil inilah yang terus menerus digaungkan didalam hidupnya menolongnya memiliki pemahaman yang baru tentang kondisi yang dialaminya.
Dalam menjalani pemuridan, teladan Tuhan Yesus mengajari saya pentingnya hadir dalam kehidupan adik-adik yang saya layani. Saya menemukan ada tiga hal yang perlu ada dalam kehadiran kita. Hal pertama yang perlu ada dalam kehadiran kita adalah Injil, dosa menghancurkan citra dirinya. Pikiran yang terus muncul adalah pikiran tidak berharga, rendah diri, dan ingin menyerah pada hidup. Pemberitaan Injil, bahwa Yesus Kristus telah menyerahkan diri-Nya demi manusia berdosa, dan kasih-Nya yang besar kepada kita yang tidak layak menerimanya seharusnya membawa kelepasan dari keadaan yang paling buruk sekalipun. Pesan Injil yang bergema sepanjang hidupnya ini memberinya perspektif baru mengenai situasi yang dia alami.
Hal yang kedua adalah kehadiran telinga kita (mendengar) kisah orang-orang yang terluka yang kita layani. Di dalam proses kebangkitan, sangat mungkin dia kembali terpuruk, kembali mempertanyakan Tuhan, dan tak jarang ingin mengakhiri hidup. Dalam pengalaman saya, seringkali saya hanya ingin memberi tahu dia apa yang saya ingin dia lakukan, alih-alih mencoba mendengarkan dan memahami pergumulannya. Namun, teladan Yesus kembali memotivasi dan meneguhkan hati saya untuk melayaninya.
Hal yang ketiga yang perlu ada dalam kehadiran kita adalah komunitas. Saya tidak mungkin memiliki kekuatan yang cukup untuk menolongnya seorang diri. Pertemuan bersama dengan orang-orang percaya yang lain, dan orang yang sudah menang dari luka akan membawa perspektif dan kekuatan yang baru dalam menghadapi lukanya. Keberadaan orang-orang yang seiman yang peduli terhadapnya membawa dirinya makin kuat dalam melihat kenyataan hidup.
Saat ini adik KTB saya itu sudah pulih. Dia mencoba taat kepada Allah dan melayani melalui penginjilan dan pemuridan. Saya menjadi saksi bagaimana Allah bekerja melalui firman-Nya. Saya yakin, jika hanya mengandalkan kemampuan dan pengalaman, saya tidak akan mampu merubah hidup orang yang saya layani. Melalui kuasa-Nya dan kehadiran orang yang percaya lainnya orang yang terluka karena dosa dapat diubahkan sehingga memiliki kehidupan yang dikehendaki Allah, yaitu kehidupan yang makin serupa dengan gambaran Anak-Nya.
Kiranya kita diberi kuasa untuk makin memberi diri untuk hadir serta terlibat dalam kehidupan orang-orang yang Tuhan percayakan pada kita. Kiranya kita dapat menjadi saksi bagaimana Allah mengubahkan hidup orang yang tidak memiliki pengharapan, menjadi seorang yang menang dalam Kristus. Tuhan menolong kita. Amin.
(*Penulis melayani Pelayanan Mahasiswa di Perkantas Surabaya)