more"/> more">
Renungan E-Murid - Persahabatan Teman Seperjalanan
Last Updated : Jul 04, 2024  |  Created by : Administrator  |  204 views

Oleh Esau Elias Malisngorar, S.A.P

 

Beberapa minggu yang lalu saya dan beberapa adik, yang secara khusus saya dampingi didalam pelayanan kampus, pergi ke pantai. Perjalanan ke pantai bukanlah sebuah ide yang muncul tiba-tiba, tetapi kami sudah mengagendakannya. Perjalanan ini kami rancang sebagai bagian dari proses kami merayakan satu tahun melayani bersama. Kami merayakan dan mengingat setiap kebaikan Allah pada diri kami secara pribadi dan bagi pelayanan yang kami kerjakan. Banyak hal yang kami syukuri dalam satu tahun melayani bersama. Di balik rasa syukur dan perayaan, kami menemukan bahwa masing-masing kami telah mengalami pertumbuhan.

 

Dukungan Yang Loyal

Di dalam pelayanan, Paulus sering mengadakan perjalanan, yang bukan hanya melelahkan tetapi juga berbahanya. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (2 Korintus 11:26), Paulus mengungkapkan bahaya yang ia hadapi dalam perjalanannya. Kisah yang berbeda juga diungkapkan dalam Kisah Para Rasul 20. Ketika Paulus ingin melakukan perjalanan dari Mekadonia ke Troas, banyak nama yang disebutkan Lukas di ayat 4. Ini menunjukkan bahwa perjalanan Paulus tidak sendiri. Merekalah yang menemani Paulus dan juga menolongnya.

 

Saat kita membaca surat-surat Paulus, kita akan menemukan begitu banyak nama yang Paulus sebutkan. Orang-orang ini sering disebut teman atau rekan sekerja bagi Paulus. Dalam banyak hal mereka sangat menolong Paulus dalam pelayanannya. Salah satu pertolongan yang diberikan oleh teman sekejranya adalah memberikan tumpangan kepada Paulus. Beberapa teman sekerja Paulus yang menolongnya adalah: Akuila dan Priskila, Gaius, Yason, Lidia, Mnason, Filemon, dan Filipus. (Kisah 16:?14, 15; 17:7; 18:?2, 3; 21:?8, 16; Roma 16:23; Filemon 1, 22). Pertolongan ini sangatlah penting bagi Paulus, karena lewat momen seperti ini Paulus tidak hanya beristirahat, tetapi juga merancang serta mengorganisir pelayanan penginjilan bersama rekan sekerjanya. Sewaktu Paulus dipenjara, ia banyak ditolong oleh teman sekerjanya untuk menggembalakan jemaat, dan lewat mereka Paulus juga bisa mengetahui kondisi jemaat.

 

Berjalan Bersama Jangan Sendirian

Salah satu rekan sekerja Paulus yang sangat dekat dengannya adalah Timotius. Dalam surat-suratnya Paulus menyebut Timotius sebagai “anak” secara rohani (1 Kor. 4:17, 1 Tim. 1:2, 18; 2 Tim. 1:2). Penyebutan “anak rohani” menyiratkan kedekatan dan pengenalan Paulus yang dalam terhadap Timotius. Dalam perjalanan misinya (Kis. 16:1-3) Paulus sudah mengajak Timotius yang masih muda ikut serta. Dalam beberapa kesempatan Paulus juga memuji kebaikan serta kesetiaan Timotius (1 Kor. 4:17, Fil. 2:19-24).

 

Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus banyak menolongnya. Paulus menyadari bahwa tantangan yang dihadapi Timotius tidaklah mudah. Ada dua tantangan serius yang harus dihadapi oleh Timotius yaitu penganiayaan dan penyesatan. Lewat surat ini kita melihat bagaimana Paulus memainkan perannya sebagai rekan sekerja, kakak rohani, dan sekaligus sahabat bagi Timotius.

 

Sebagai rekan sekerja, Paulus mengingatkan Timotius akan imannya mula-mula, yang bertumbuh dalam keluarganya, yakni neneknya dan ibunya (2 Tim 1:5, 3:15). Ia juga mengingatkan Timotius untuk jangan malu memberitakan Injil yang menjadi tugas utama mereka (2 Tim. 1:8, 2:3). Paulus tidak hanya menasihati Timotius, melainkan juga menunjukkan keteladanan hidup yang rela menderita karena Injil (2 Tim. 1:12). Paulus juga mengingatkan Timotius untuk waspada terhadap Aleksander karena ia menentang ajaran Paulus, serta banyak berbuat jahat kepada Paulus (2 Tim 2:). Paulus juga menasihati Timotius bahwa dalam situasi yang buruk ini, Allah selalu menguatkannya (2 Tim. 4:17).

 

Sebagai kakak atau orang tua rohani, Paulus juga berbagi tentang situasinya kepada Timotius. Paulus di suratnya mengungkapkan bahwa orang-orang di Asia Kecil telah perpaling darinya, termasuk Figelus dan Hermogenes (2 Tim. 2:15, 4:16). Penganiayaan mengungkapkan jati diri setiap orang. Mereka takut dengan identitas mereka, sehingga menanggalkan meninggalkan Paulus. Akan tetapi, ada keluarga Onesiforus yang sangat membantu Paulus dalam kondisi terpuruk. Kehadiran mereka menyegarkan hatinya, karena mereka tidak malu untuk menemui Paulus (2 Tim. 1:16-17).

 

Sebagai teman seperjalanan dalam pelayanan pemberitaan Injil, Paulus menolong dan mengingatkan Timotius yang masih muda untuk tidak patah semangat karena penderitaan dalam memberitakan Injil, seperti rekan yang lain. Paulus tahu bahwa pelayanan mereka tidak mudah. Dukungan dan perhatian Paulus kepada Timotius sangat berarti, nasihat-nasihanya menolong Timotius untuk waspada dan tetap fokus pada pemberitaan Injil. Dalam suratnya, juga Paulus mengungkapkan kerinduannya untuk segera bertemu dengan Timotius. Mereka saling mendukung dan saling menopang dalam pelayanan. Lewat penderitaan dan kesulitan mereka belajar untuk terus tekun dan setia, karena kesulitan membawa mereka untuk mengalami pertolongan Allah.

 

Kembali kepada perjalanan saya dengan adik-adik pelayanan saya, kami akhirnya berjanji untuk bertemu kembali, sepulang kami dari pantai. Saya mengingatkan mereka tentang komitmen kami, untuk bersama-sama saling mengenal dan melayani, “Ini tahun kedua kita melayani bersama, karena itu jangan lupa akan hal ini: relasimu dengan Allah jangan terabaikan oleh kesibukanmu melayani.” Kami menyadari bahwa pelayanan kami tidak mudah. Situasi pelayanan yang tidak sehat bisa membuat kami kehilangan semangat. Kesibukan dalam mennyiapkan kegiatan demi kegiatan bisa membuat kami mengalami kelelahan, kehilangan hasrat untuk berdoa dan bersekutu dengan Allah. Kesibukan bisa membuat kami tidak lagi mengalami kehadiran Allah, karena kami tidak punya waktu untuk mendengar suara-Nya, dan kesibukan dapat menjadi illah baru di dalam diri kami. (*Penulis melayani Pelayanan Mahasiswa di Perkantas Malang)


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES