more"/> more">
Renungan E-Murid - The More We Trust God, the Less We Worry
Last Updated : Sep 05, 2024  |  Created by : Administrator  |  255 views

Oleh Corry Paulina *)

 

Setiap manusia yang hidup di bumi pasti pernah mengalami kecemasan, semacam terombang-ambing dalam lautan kekhawatiran. Memang salah satu indikasi kecemasan adalah adanya kekhawatiran dan setiap orang memiliki perasaan khawatir, cemas, takut, dan ragu. Sebuah studi tentang kekhawatiran dari Biola University menemukan: 40% yang kita khawatirkankan tidak akan terjadi; 30% kekhawatiran diakibatkan pengalaman atau trauma masa lalu; 12% kekhawatiran karena kita terlalu fokus dengan pendapat atau pengalaman orang lain; 10% kekhawatiran diakibatkan kondisi fisik yang kurang fit atau kurang sehat; dan hanya 8% dari kekhawatiran kita yang merupakan fakta dari apa yang kita khawatirkan.

Kenyataanya, kekhawatiran dapat merampas kebahagiaan dan merusak ketenangan pikiran manusia yang paling efektif. Hal ini dapat terjadi karena adanya kebutuhan hidup seperti makan, minum, keuangan, pekerjaan, kesehatan, dan kebutuhan keluarga lainnya. Naik-turunnya pergumulan bak menaiki roller coaster selalu membuat debaran jantung berpacu kencang. Khawatir memang bisa membuat orang menjadi tegang, gelisah, cemas, depresi, bahkan menderita penyakit jiwa, namun hal yang kita khawatirkan tidak selalu terjadi. Tidak hanya itu, ketika mengijinkan kekhawatiran menerobos masuk dalam hidup, kita jadi meragukan karya Tuhan. Khawatir itu bisa menyerang siapa saja, baik orang Kristen atau bukan, orang desa atau orang kota, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat biasa, rohaniwan atau jemaat biasa, dan bahkan kita termasuk di dalamnya.

 

Jangan Khawatir – Percayalah kepada Tuhan, Dia peduli padamu

Dalam 1 tahun terdapat 365 hari, maka kita butuh 365 ungkapan “jangan khawatir” dalam 1 tahun. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus dalam pengajarannya menekankan: “jangan khawatir.” “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai (Mat. 6:25). Kekuatiran tidak dapat menambah sehasta dalam hidup ini. “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?(Mat. 6:27).

Yesus juga mengajar bahwa hidup bukan sekedar makanan, pakaian sehingga perhatian kita jangan hanya difokuskan pada hal-hal tersebut. Perlu kita ingat bahwa ketika Yesus mengajar murid-murid untuk tika khawatir, Dia tinggal di antara masyarakat yang jauh lebih sering kekurangan makanan. Meskipun demikian, Yesus melihat Bapa aktif memelihara seluruh ciptaan-Nya, seperti burung dan bunga bakung. Allah memenuhi segala kebutuhan mereka, untuk itu tidak ada alasan untuk khawatir.

Kekhawatiran hanya menjerumuskan kita pada kegagalan memahami bahwa Allah peduli pada setiap bagian dari kehidupan kita (ayat 25). Memang benar bahwa manusia membutuhkan nafkah  untuk bertahan hidup. Tetapi hidup lebih dari sekadar makanan dan tubuh lebih dari sekadar pakaian. Makanan, minuman dan pakaian diperlukan untuk hidup, tetapi tujuan dari hidup itu sendiri lebih penting dan harus menjadi fokusnya. Ketika kita khawatir terhadap apa yang akan kita makan, minum, pakai, hal itu membawa kita pada perspektif yang keliru. Hidup dan tubuh kita yang lebih penting serta berada di luar kendali kita saja telah diberikan Allah kepada kita, masakan Allah tidak sanggup menyediakan apa yang dibutuhkan oleh hidup dan tubuh kita? 

Pergumulan yang sulit seringkali membawa kita terlalu fokus pada masalah, sehingga kita kehilangan hikmat-Nya hingga mengalami “amnesia rohani” terhadap janji penyertaan-Nya. Kekhawatiran hanya akan membuat kita melupakan pemeliharaan Tuhan bagi umat-Nya. Jika kita ingin mengatasi kekhawatiran, kita harus berfokus pada pemeliharaan Allah bagi kita. Bagian ini mengajarkan kepada kita untuk mempercayakan dan menyerahkan semua yang menjadi kebutuhan/keperluan kita kepada Allah, Sang Jehovah Jireh (Tuhan yang menyediakan).

Selanjutnya, Yesus kembali memperingatkan murid-murid-Nya untuk jangan khawatir dan selalu mempertanyakan akan keberadaan makanan, minuman, dan pakaian. Yesus mengatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan “Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?” sebagai pertanyaan orang-orang yang tidak mengenal Allah (ayat 32a). Mereka hanya peduli bagaimana bisa bertahan hidup dan tetap nyaman. Tetapi tidak demikian dengan mereka yang beriman pada Bapa di surga. Orang yang beriman, pasti percaya bahwa Bapa yang baik akan selalu mengetahui apapun yang mereka perlukan (ayat 32b). Ketika kebutuhan primer kita (makanan, minuman dan pakaian) tidak lagi menjadi fokus utama dalam kehidupan kita, nah pasti kita akan dimampukan untuk mempunyai dan mengarahkan diri apda fokus yang benar, yaitu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (ayat 33). Kita akan melakukan apa saja yang memperluas Kerajaan Allah di muka bumi. Kita rela melakukan kebenaran, tidak peduli seberapa harga yang harus dibayar. Hasrat akan Injil dan Kerajaan Allah pasti akan meluap-luap.

Mari bersama menjalani kehidupan setiap hari dengan penuh iman: percaya kepada Allah dan bersandar penuh pada-Nya seperti yang tertulis pada Filipi 4:6-7 – “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Akhirnya, hendaknya setiap kita membawa segala pergumulan kepada Allah, supaya kita dimampukan untuk semakin terus mengandalkan Allah dalam segala musim kehidupan kita.

 

(* Penulis Melayani Pelayanan Siswa di Surabaya)


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES