more"/> more">
Yohanes 8:30-32
Oleh Bonan Imanuel R,S.T*)
“Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Dalam beberapa hari lagi kita akan memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-74. Salah satu hal yang paling saya ingat dalam masa SMA adalah perdebatan dengan Guru PPKN terkait topik “Kemerdekaan”. Bagi guru saya secara absolut Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pernyataan tersebut membuat saya berespons dengan cepat, “Saya tidak setuju.” Berdasarkan momen Proklamasi 1945 memang Indonesia telah merdeka, namun dengan melihat banyak aspek, sebenarnya Indonesia adalah negara merdeka yang “masih terjajah.” Salah satu aspek adalah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang masih merampas dan menjajah hak-hak rakyat Indonesia.
Dalam hal rohani, terkadang kita merasa sudah “meredeka,” tetapi sebenarnya kita masih berada didalam bentuk-bentuk penjajahan yang lain. Renungan ini berusaha mengangkat dan menjawab pertanyaan, “bagaimana menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh merdeka didalam Kristus?”
Yohanes 8:30 menunjukkan kepada kita; setelah Yesus menjelaskan bahwa Ia berasal dari sorga, diutus Allah Bapa sebagai penggenapan janji keselamatan, banyak orang yang menjadi percaya kepada-Nya. Meskipun berita ini tidak happy ending, orang-orang yang awalnya percaya berubah menjadi musuh yang ingin membunuh Yesus. Karena tidak menerima pernyataan-pernyataan teguran Yesus, yang menelanjangi mereka sebagai “budak dosa”.
Terkadang didalam kondisi berbuat dosa, kita cenderung keras hati, merasa tidak berdosa, bahkan mungkin kita sangat manipulatif dengan dosa. Apalagi ketika kita mungkin berperan dalam suatu pelayanan sebagai “aktivis pelayanan”, sangat mungkin kita menjadi kebal dengan kesadaran dosa, menjadi tidak peka lagi dengan dosa, serta merasa “paling holy”.
Karenanya, kita harus sering mengoreksi diri sendiri secara ketat. Surat Rasul Paulus 2 Korintus 13:5 mengatakan: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.” Paulus dengan ketat menjaga diri, memeriksa diri, agar ketika dia melayani Tuhan, drinya sendiri tidak ditolak-Nya.
Yohanes 8:31 menunjukkan kepada kita apa yang menjadi pembeda antara murid dan bukan murid; “tetap didalam FirmanKu”. Kita musti menyadari bahwa hidup kita sangat bergantung kepada Firman. Melalui Firman-Nya, kita dapat bertobat, bertumbuh, berubah, dan makin dikuduskan, serta mampu melayani-Nya. Maka ketika kita ingin sungguh-sungguh merdeka, cintai, pelajari dengan tekun, dan hidupi Firman Allah.
Yohanes 8:32 memberitahukan kepada kita, ketika tetap didalam Firman-Nya, maka kita akan memiliki kebenaran yang benar-benar memerdekakan kita. Berdasarkan teks ini, penting untuk kita memahami esensi Alkitab, yaitu bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan Injil. Melalui Kristus kita dapat mengenal Allah, kita dapat memahami rencana keselamatan Allah, dan mengalami “Kemerdekaan Sejati”. Kontras dengan orang Yahudi, yang walaupun Yesus hadir di tengah mereka, tetapi justru mereka menolak Yesus.
Penting juga untuk kita mengenal dan memahami perkataanNya. Dalam Yohanes 8:43, banyak orang yang tidak mendengarkan Yesus, mereka menganggap Yesus tidak logis dan tidak relevan. Kekristenan yang berakar didalam Firman memiliki kepekaan kepada Firman dan bisa mendeteksi mana ajaran yang berasal dari Allah, dan mana yang bukan. Yang terakhir, prinsip yang penting adalah melakukan seluruh Firman Kristus. Orang Yahudi melakukan perbuatan yang licik, ingin membunuh Yesus.
Jika kita mengenal kebenaran, maka kita akan diproses untuk bertumbuh melakukan kebenaran, karena kita Kebenaran itu sudah memerdekakan kita.(* Penulis melayani Pelayanan Mahasiswa di Surabaya)