more"/> more">
Oleh Jason Samuel *)
Sudah 75 tahun Republik Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Perjuangan para pahlawan dan bapak penemu bangsa terbayar lunas. 17 Agustus 1945 Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Melalui suara lantang Ir. Soekarno teks proklamasi dibacakan. Saat itu pula dimulai dinamika yang dihadapi Bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya hingga saat ini.
Perjalanan kemerdekaan Ibu Pertiwi bukanlah hal yang mudah. Cucuran air mata dan darah harus ditumpahkan olehnya. Perjuangan Ibu Pertiwi melahirkan generasi penerus bangsa harus dibayar dengan rasa sakit. Namun, kasih sang Ibu kepada anaknya tak pernah berubah. Ibu pertiwi selalu mendoakan anak-anaknya untuk bisa terus merasakan kemerdekaan. Namun, anak-anaknya belum menghidupi sungguh-sungguh esensi kemerdekaan yang telah diberikan. Harta pusaka telah kita dapatkan tetapi sebagai anaknya belum bisa berbakti seutuhnya.
Lantas apa makna kemerdekaan bagi kita? Secara umum kemerdekaan dapat diartikan sebagai kebebasan, tanpa keterikatan dan keleluasaan. Jika dilihat dalam konteks kebangsaan kita sudah merdeka. Kita hidup bebas tanpa ada tekanan. Ibu Pertiwi telah membebaskan kita dari penjajahan dan penindasan.
Lalu apakah kita perlu memaknai ulang kemerdekaan dalam masa pandemi? Jika kita lihat kondisi pandemi membuat langkah kita terbatas. Kita tak bisa bergerak bebas dan merasa terpenjara. Banyak hal yang tidak dapat kita lakukan. Pandemi Covid-19 merubah kehidupan kita secara drastis. Rumah menjadi tempat teraman dan pusat aktivitas selama masa pandemi. Kita mengalami kecemasan dan pesimis melihat keadaan. Kemerdekaan diri harus kita korbankan. Fisik yang sehat menjadi tujuan utama semua masyrakat.
Selain fisik kebutuhan finansial selama masa pandemi menjadi hal yang penting. Banyak orang yang tidak bisa memiliki finansial yang baik selama pandemi. Mereka harus bekerja lebih keras hanya untuk bisa memenuhi kebutuhan makan dan minum. Waktu dengan keluarga juga dikorbankan bagi beberapa orang. Garda terdepan yaitu tenaga medis harus mengorbankan waktunya. Mereka bahkan harus bertaruh nyawa. Masa pandemi menjadi masa sulit yang mengekang kemerdekaan diri setiap individu.
Tidak semua masyarakat memiliki kesempatan. Fisik yang sehat dan finansial yang aman hanya bisa dinikmati sebagian orang. Maka kita perlu memaknasi kemerdekaan kembali di masa sulit ini. Kemerdekaan bukanlah tentang kebebasan saja. Namun kemerdekaan adalah saat kita masih diberikan kesehatan, dikelilingi keluarga yang sehat, kebutuhan pokok yang masih tercukupi, tidak ada kendala saat membeli kuota dan masih memiliki pendapatan tetap serta cadangan dana. Jika pola pikir tersebut kita sadari, kita tidak akan cemas. Pemikiran tersebut akan membuat kita lega dan tetap merasa merdeka selama pandemi.
Kita yang sudah merdeka sudah selayaknya membantu rekan-rekan kita yang belum merdeka. Jadilah cahaya harapan bagi mereka.
(* Penulis Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang)
Ilustrasi Gambar Logo HUT RI Ke 75. foto/Kemensetneg