more"/> more">
Sketsa ~ Omnibus Soli Deo Gloria Perempuan-perempuan Tangguh Pembuat Murid
Last Updated : Mar 26, 2021  |  Created by : Administrator  |  580 views

Di era saat ini pemuridan generasi muda hampir selalu disebut-sebut sebagai pelayanan yang strategis. Mengapa? Sebab pelayanan ini berkaitan erat dengan pembentukan generasi masa depan yang berkualitas. Walaupun demikian, tidak banyak orang-orang yang bersedia untuk mengerjakan pelayanan ini, karena mengerjakannya membutuhkan pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga bahkan uang.

 

Berbeda dengan kebanyakan orang, tiga orang perempuan ini adalah bagian dari yang sedikit yang memilih untuk terlibat dalam pelayanan strategis ini. Mereka adalah Nency Handriani, Andrini Cahyaningrum, dan Lusi Yanti Girsang. Ketiga perempuan ini bukan mahasiswa lagi, mereka sudah alumni dan memiliki kesibukan masing-masing yang juga tak kalah pentingnya. Walau demikian dengan rela hati mereka tetap menyediakan waktu untuk memuridkan dengan memimpin Kelompok Tumbuh Bersama (KTB).

 

Nency Hadriani adalah seorang wanita karier yang saat ini memiliki peran sebagai Human Resources Developmen(HRD) di  Mikatasa Grup. Tentu saja dengan posisinya di perusahaan dapat kita pastikan bahwa ia adalah seorang yang sibuk. Namun walau demikian, wanita kelahiran Baturaja ini, tetap bersedia mengambil komitmen untuk memimpin KTB. Bahkan, hingga saat ini, ia tidak mengambil pelayanan lain selain memimpin KTB. Mengapa demikian? Perempuan yang lahir pada 23 September 1994 ini meyakini bahwa mengerjakan pemuridan melalui KTB memiliki dampak jangka panjang dan meluas, karena, bagi dia, melalui pembentukan di dalam KTB akan semakin banyak generasi baru yang memiliki kerinduan untuk melayani dan bertumbuh sesuai dengan yang Yesus inginkan.

 

Dengan kesibukannya, Nency harus membagi waktu dengan baik supaya ada keseimbangan antara pekerjaan dan pelayanan pemuridan yang ia kerjakan. Oleh karena itu, Ia dan adik-adik yang ia bimbing bersepakat mengenai waktu untuk bertemu dalam KTB. Cara ini cukup ampuh bagi Nency.

 

Perjalanan pemuridan yang dikerjakan Nency, tidaklah selalu mulus. Pernah disatu masa, ia tidak bisa menyeimbangkan antara pelayanan KTB dengan kegiatannya yang lain, sehingga jadwal saling berbenturan dan akhirnya pelayanan tidak berjalan dengan maksimal. Namun, hal tersebut menjadi pelajaran untuk mengelola pelayanan pemuridan di masa sekarang.

 

Berbeda dengan Nency,  Adrini Cahyaningrum adalah seorang guru yang juga sibuk, namun perempuan kelahiran 27 Januari 1998 ini juga tetap memilih untuk menapaki jalan pelayanan pemuridan dengan memimpin KTB.  Pengalaman dimuridkan sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi bekal  bagi perempuan yang akrab dipanggil Rini ini untuk memimpin KTB saat ini. Bagi Rini, memimpin KTB, walaupun berat -rentan dengan kegagalan, rentan ditolak, dan diasingkan-, namun memberi sukacita, sebab ada teman-teman yang terus mengingatkan untuk bertumbuh. Jadi, ketika ia memuridkan, ada transformasi dua arah. Pertama-tama transformasi dalam dirinya sendiri dan selanjutnya tentu saja transformasi dalam diri adik-adik yang ia pimpin.

 

Bagaimana dengan Lusi Yanti Girsang? Ia bukan wanita karier, tetapi seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak yang harus ia rawat dan perhatikan. Dengan demikian, sama seperti Nency dan Rini, ia juga sibuk. Namun, kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, tidak mengendorkan semangatnya untuk memuridkan. Wanita yang lahir di kota Jambi, pada 23 Oktober 1986, ini memilih menekuni pelayanan pemuridan, karena pelayanan ini adalah pelayanan yang bersifat pribadi sehingga dapat dengan efektif memperhatikan masing-masing pribadi dan menolong sesuai dengan kebutuhan mereka untuk bertumbuh dengan efektif seperti yang Yesus inginkan.

 

Bagaimana caranya seorang ibu dapat tetap memimpin KTB dengan baik? Pertama-tama yang Lusi tidak melupakan perannya sebagai ibu. Maka yang ia lakukan adalah menyelesaikan setiap tugas rumah tangga terlebih dahulu baru sebelum memimpin KTB. Selain itu, Lusi sangat bersyukur karena ia mendapat dukungan dari sang suami yang melayani sebagai Staf Mahasiswa di Perkantas Mataram dan juga komunitasnya. Ketika ia sedang memimpin KTB, suaminya akan menggantikan perannya untuk menjaga dan merawat anak-anak. Jika sang suami tidak bisa, maka ia akan menitipkan anak-anaknya pada rekan persekutuan.

 

Kisah-kisah dari tiga perempuan ini menunjukkan bahwa komitmen mengerjakan KTB dapat terus dilakukan walaupun sudah menjadi alumni. Berkomitmen melakukan hal ini memang menambah kesibukan, tetapi ini adalah kesibukan yang bermakna. Kesibukan yang punya arti bagi masa depan, minimal bagi kita dan orang-orang yang terlibat dalam kelompok pemuridan.

 

Mau meniru jejak mereka, para perempuan tangguh pembuat murid?

 

( dirangkum oleh Victor Kurniawan)


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES