more"/> more">
Refleksi - Menghayati Trinitas dalam Kehidupan Sehari-hari
Last Updated : Jul 09, 2021  |  Created by : Administrator  |  1130 views

Oleh Arianto Pakaang, M.Div*)

 

Trinitas adalah keunikan kekristenan yang mendapat bantahan dari berbagai kalangan. Doktrin yang sangat penting dan mendasar ini mengimani keesaan Allah dalam tiga Pribadi. Sesuatu yang sulit dimengerti namun bukan berarti tidak masuk akal. Ini justru melampaui akal manusia.

Kata Trinitas sendiri tidak ditemukan di dalam Alkitab. Pertama kali dicetuskan oleh Theophilus dari Anthiokia pada abad ke-2, kemudian Tertulianus mempopulerkan istilah dalam Bahasa Latin ini pada abad selanjutnya.  Doktin ini memiliki dasar yang sangat kuat yang bersumber dari penyataan Allah melalui Alkitab.

Unik, mendasar dan penting membuat doktrin ini perlu dipahami dan dihayati dalam hidup kita sehari-hari. Tentulah pemahaman yang benar akan menghasilkan penghayatan yang tepat pula. Penghayatan yang tepat akan memantapkan seseorang bertindak secara merdeka, berani dan berpengharapan.

Penghayatan itu tentu akan berakibat pada tiga dimensi hidup manusia yaitu dimensi masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Doktrin ini akan membuat seseorang memahami identitas dirinya secara tepat sehingga membawanya berpindah dari kungkungan kelam masa lalu menuju kemerdekaan di masa kini. Di dalam kekinian, kemerdekaannya itu membuatnya hidup dalam keberanian karena imannya memiliki pijakan yang kokoh. Keberanian ini juga menyangkut menjalani hidup yang berbeda dengan nilai-nilai dunia ini dan bagaimana ia peduli terhadap individu dan komunitasnya dalam kasih. Dan pengharapan dalam kepastiaan kekekalan di masa yang akan datang men”drive” integritas dalam karya dan karyanya.

 

Trinitas yang Memerdekakan

Allah mewahyukan diri-Nya dalam Tiga Pribadi yang berperan aktif. Allah Bapa mencipta (Creator), sehingga manusia memiliki eksistensi. Eksistensi yang bermakna bila manusia hidup berdasarkan tujuan-Nya. Namun sayang manusia lebih memilih eksistensi diluar kendali Bapanya.

 

Allah Bapa mencipta manusia dengan kasih dan kuasa-Nya di dalam Allah Anak yang menebus (Redeemer), sehingga manusia dapat kembali bereksistensi dalam kemerdekaan bersama dengan Bapa.

 

Pribadi Allah Roh Kudus adalah Revealer yang  mewahyukan sehingga seseorang bisa memiliki firman untuk mengenal Bapa melalui Anak.

 

Peran aktif Trinitas inilah yang membuka selaput kebutaan dan selubung kebinasaan. Pada saat itulah seseorang dimerdekakan dan kembali memiliki makna hidup. Detik-detik yang ditapakinya bagaikan menabur dan menuai berlian. Tak ada lagi yang dapat menghempasnya dalam kesia-siaan.

 

Trinitas yang Memberanikan

Hidup yang telah dimerdekakan dalam karya Trinitas terwujud dalam penyembahan kepada Allah Yang Esa yang bersifat dinamis dan intim. Kita dapat menyembah Allah melalui firman Allah dan melalui Roh-Nya yang memberikan terang.

Penyembahan yang bersifat dinamis adalah relasi yang terus menerus diperbaharui dan bergerak dalam hadirnya surga yang mendobrak kemustahilan jagad ini. Ada banyak hal yang bisa berubah karena kita sedang bergabung dalam karya Trinitas yang terus mentransformasi ciptaan-Nya.

Penyembahan yang bersifat intim adalah relasi yang terjalin bukan seperti hamba kepada sang majikan, melainkan bak sahabat karib yang selalu merindukan. Penyembahan seperti ini akan menggairahkan hasrat dan asa yang tak akan pudar. Ini adalah cerminan dari hubungan kasih yang tiada akhir antara Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Pengalaman dalam penyembahan dinamis dan intim inilah yang mengobarkan keberaniaan untuk terus bertindak nyata dan penuh kasih agar insan yang lain mengalami relasi yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini.

Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus memiliki kehendak yang sama untuk menjadikan tebusan-Nya duta-duta yang berani merampas orang berdosa keluar dari nyala api kebinasaan yang menyengat. Keberanian ini membutuhkan kasih dan pengorbanan yang besar.

 

Trinitas yang Memberi Pengharapan

Agustinus, seorang bapak gereja di abad ke-4 pernah berkata: “Ya Allah, Engkau menciptakan aku bagi diri-Mu sendiri dan hati ini akan selalu gelisah sampai itu beristirahat di dalam Engkau.”

Penghayatan Agustinus memberikan suatu kesadaran kepada kita -seperti yang pernah dialaminya ketika berada di luar Allah – suatu hidup yang tak mungkin, tak berdaya, hampa bila bereksistensi diluar kendali-Nya. Tentunya istirahat tenang di dalam Allah adalah sebuah pengharapan kekal yang bisa kita cicipi dalam kesementaraan dunia ini.

Dan pengharapan itu bukanlah hal yang mustahil, karena Allah Trinitas memberikan jaminan itu bagi kita. Allah Roh Kudus adalah penolong, penghibur sejati yang setia berdoa, mengiluminasi dan memelihara kita sampai kita bertemu dengan putra-Nya (Anak Domba Allah) di hadapan tahta Allah Bapa di dalam kekekalan.(* Penulis melayani Pelayanan Mahasiswa di Surabaya)

 

(* Ilustrasi gambar di ambil dari https://unsplash.com/photos/HtZSJVErfUA


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES