more"/> more">
Pena Murid Easter Project in Christian Heritage Arts - Salib dari Sudut Pandang Bapa
Last Updated : Apr 16, 2022  |  Created by : Administrator  |  590 views

Inspirasi dari Christ of Saint John of the Cross

karya Salvador Dali (1951)

 

“Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Matius 4:19; Markus 1:17).  “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34).  

Lukisan berjudul Christ of Saint John of the Cross di atas adalah karya Salvador Dali, pelukis Spanyol beraliran Surealisme – sebuah aliran seni yang menggambarkan konsep kontradiksi antara mimpi dan kenyataan, yang ditandai dengan penempatan obyek-obyek visual aneh dan penuh pesan filosofis di dalamnya.  Lukisan Dali ini diberi judul Christ of Saint John of the Cross, karena ia mendapatkan inspirasi dari gambar sketsa yang dibuat oleh biarawan Spanyol abad ke-16, bergelar John of the Cross (gambar di samping).  Menurut para kritikus seni, sketsa John of the Cross memiliki komposisi penyaliban Kristus dengan pola segitiga dan lingkaran (segitiga dibentuk oleh lengan Kristus; lingkaran dibentuk oleh kepala Kristus). Segitiga dapat dilihat sebagai referensi yang merujuk pada Trinitas, dan lingkaran dikaitkan dengan pemikiran platonis: lingkaran mengesankan konsep kesatuan.

Lukisan Dali nampaknya mempertahankan pola segitiga dan lingkaran maya, yang terbentuk dari tangan (segitiga) dan kepala (lingkaran) Yesus Kristus. Namun, berbeda dari sketsa St. John of the Cross, Dali menggambarkan Kristus yang tersalib dilihat dari atas, tanpa penggambaran tubuh yang telah mengalami siksaan; baik tetesan darah, paku dan mahkota duri, dan tubuh yang penuh bilur-biluh.  Sudut pandang dari atas terhadap penyaliban Yesus Kristus ini juga menggambarkan citra sudut pandang Bapa di sorga, yang melihat Anak-Nya tersalib, menanggung murka Bapa atas dosa dunia. Keempat Injil dalam Perjanjian Baru menggambarkan kebiadaban penyaliban Kristus dari sudut pandang manusia: biadab, keji, berdarah-darah, dan tanpa belas kasihan.  Namun dari sudut pandang sorga, sudut pandang Bapa-Nya, Yesus tergantung di atas kayu salib dengan tenang, tanpa luka dan darah, bahkan nyaris terkesan agung di atas kegelapan dosa dunia.

Markus mencatat teriakan memilukan Yesus di atas kayu salib: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (15:34). Allah di sorga tidak lagi disebut “Bapa”, karena Yesus Kristus harus menanggung derita salib sebagai manusia seutuhnya.  Pada momen itu, seolah Bapa memalingkan wajah-Nya dari Yesus, Anak Tunggal-Nya.  Maka kengerian maut harus dijalani Sang Putera seorang diri, sesaat tanpa perkenan Bapa.  Lukisan Dali ini mencoba menggambarkan sesaat setelah Yesus Kristus menyerahkan nyawa-Nya. Kepala-Nya tertunduk, sementara Bapa kembali mengarahkan wajah-Nya kepada Sang Putera yang masuk dalam alam maut, bagian dunia yang paling gelap (Ef. 4:8-9; 1 Pet. 3:18-20).

Sementara kita juga diajak melihat dari sudut pandang sorgawi, di bawah tubuh kudus yang tergantung di salib, sebuah pemandangan Danau Galilea dengan gambaran perahu dan seorang nelayan berdiri di garis pantai dan jalanya.  Hubungan apostolik terlihat jelas. Karena murid-murid Kristus harus menjadi “penjala manusia.”  Salvador Dali yang di masa mudanya konon terpengaruh pemikiran atheistik, di usianya yang matang telah menangkap pesan Agung Sang Putera, yang kembali diteguhkan oleh sudut pandang Sang Bapa di sorga. Jadilah penjala manusia, memberitakan karya salib Sang Putera.

Bagi saya dan Saudara, salib adalah keagungan, meski dunia melihat sebagai kebodohan dan kemalangan yang sia-sia.  Kita hidup saat ini untuk memandang tubuh Putera-Nya yang mulia itu.  Namun ada baiknya kita tidak selalu melihat-Nya dalam tubuh sengsara yang berdarah-darah. Ada waktunya, kita harus melihat karya salib Kristus dari sudut pandang Bapa di sorga, supaya kita selalu melihat dunia dan tanggung jawab kita terhadapnya dalam sudut pandang Bapa di sorga.  Selamat Paskah.

 

Dalam sudut pandang Bapa, siapakah Sang Putera? Apa yang telah Dia kerjakan dalam menjawab misi Bapa-Nya?

 

Siapakah aku? Apakah yang sudah aku kerjakan dalam menjawab panggilan Agung-Nya?

Ya Bapa, belas kasihani aku.

 

(*Yusuf Deswanto~Penggerak Pena Murid dan melayani pelayanan mahasiswa di Jember

 


Subscribe To Our Newsletter
Subscribe to catch our monthly newsletter, latest updates, and upcoming events
RELATED UPDATES