more"/> more">
Keajaiban Natal
Ada rasa takut menyelimuti hati saya setiap memasuki
Bulan Desember. Mengalahkan sukacita natal yang seharusnya ada.
Mengingat kembali tentang duka yang mendalam.
Tepat 16 tahun lalu
Setelah 9 bulan mengandung. Dirawat dan dikasihi. Diharapkan dan dinantikan-nantikan.
Anak pertama saya dipanggil pulang ke rumah Bapa di surga.
Hanya sebentar dititipkan namun diambil kembali oleh Sang Empunya nyawa.
Entah jawabannya untuk pertanyaan mengapa?
Rasa apa yg pernah singgah dan mungkin menetap ketika kembali pulang tidak ada yang ditimang dan dipeluk?
Kecewa
Sedih
Terluka
Semua perasaan-perasaan yang negatif.
Belajar untuk melupakan dan mengabaikan tapi sepertinya terlalu egois bagi, my Joseph, my first born.
Masa 9 bulan bersama berjuang harus dihapus dari ingatan?
Di mana bulan demi bulan merasakan tangan Tuhan menenunnya dengan sempurna?
Di mana tendangan-tendangan halus itu membuat kita utuh menjadi seorang ibu?
Bukankah itu harusnya menjadi kenangan manis yg tetap melekat?
Pada akhirnya di tahun ini
Keajaiban Natal datang untuk saya. Saya membuat keputusan dengan kekuatan dan keberanian dari Tuhan. Saya memilih untuk tetap mengingat, menerima.
Tetap berjalan dan berdamai dengan perasaan kehilangan dan duka yang mendalam.
Ketika saya mencari damai untuk jiwa saya, Dia datang mengisi Damai itu.
Dia datang dan sudah lahir sejak awal mengisi rasa kehilangan itu.
Masih ada lubang di hati namun sudah terbiasa terbuka.
Karena dengan adanya lubang itu membuat saya mengingat bahwa bukan dengan kekuatan dan kemampuanku namun karena
Tuhan ada
Tuhan jaga
Tuhan pelihara
Tuhan menggantikannya dengan begitu banyak sukacita.
(Karya ini ditulis oleh Mira Savira. Penulis aktif mengikuti kelas menulis bersama Pena Murid. Tulisan ini merupakan satu dari tiga tulisan terbaik dari Tantangan Menulis Natal 2024 bersama Pena Murid)