more"/> more">
Oleh Anthon Katobba Mapandin,M.Div*)
“… katakanlah kepada murid murid-Nya IA TELAH BANGKIT dari antara orang mati” (Mrk. 16:7)
Apa yang tersisa dari semua keberadaan manusia? Apa yang akan menjadi pembeda dari keberadaan manusia? Satu-satunya yang akan menjadi pembeda adalah bagaimana bersikap, bertindak dan melangkah terhadap realita yang paling kelam adalah pengharapan. John Knox mengatakan dengan tegas, “Pengharapan adalah yang paling kita butuhkan di saat krisis”.
Tetapi di tengah harapan itu, melihat kondisi bangsa dan berbagai dinamika yang terjadi, mungkin kita juga mulai cemas. Para ibu-ibu menjerit dalam hati ketika pergi ke pasar melihat harga-harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi. Sebelum muncul perang dagang yang dipicu oleh kenaikan bea tarif dari pemerintah AS terhadap sejumlah negara, mungkin kita masih yakin pemerintah akan bisa mengatasi kondisi ini. Berbagai pertanyaan mulai muncul dengan serius, bagaimana jika seandainya PHK makin banyak dan daya beli masyarakat makin menurun? Bagaimana jika nilai tukar rupiah makin anjlok apakah akan berujung pada krisis? Dan mungkin masih panjang lagi daftar pertanyaan ‘Bagaimana’ dalam diri kita yang mulai khawatir.
“Bagaimana” adalah sebuah pertanyaan eksistensial yang lahir karena itu terkait dengan eksistensi realitas yang dalam pengejarannya akan mengancam realita individu yang pastinya sedang menyeruakkan tanya ini.
Kita akan terkejut dan bersukacita melihat cara Tim Keller dalam buku “Jesus the King”. Tim memberi judul-judul bab dari Markus bagian terakhir dengan PERMULAAN. Saya terkejut karena justru di bagian akhir malah dimulai dengan PERMULAAN, sungguh luar biasa! Namun yang menarik adalah bagaimana dia mengurai pesan kebangkitan Kristus. Dalam kunjungan ke kubur Yesus setelah hari Sabat lewat (16:1), hanya para wanita yang datang yaitu Maria Magdalena dan Maria yang lain. Murid laki-laki tidak ada dalam kunjungan itu, karena bagi mereka kebangkitan adalah kemustahilan.
Dalam catatan Markus, Yesus sudah tiga kali menyampaikan pesan ini, “Aku akan bangkit pada hari ketiga” (Pasal 8, 9 dan 10). Jadi ketika Markus menuliskan ini, itu berarti bahwa berita ini penting. Lalu, mengapa tidak ada seorangpun dari para murid yang pergi ke kuburan pada hari ketiga? Mengapa seorangpun tidak ada yang berpikir minimal untuk menengok untuk membuktikan apa yang terjadi? Yah, karena bagi para murid sekali lagi itu adalah sesuatu yang mustahil.
Berita kebangkitan adalah sentral dan poros iman Kristen berada. Namun berita yang sentral dan yang terutama bagi kekristenan justru yang paling ditentang. Banyak pihak menuduh hal itu hanya sebagai karangan dan ilusi para murid. Jika ini adalah karangan dan ilusi belaka, maka tuduhan itu sangat tidak masuk akal dan langsung terbantahkan. Karena berita yang amat penting ini justru disampaikan lebih dahulu kepada para wanita. Dalam kehidupan Yahudi, wanita tidak dipercaya untuk menjadi saksi. Ketika mereka muncul sebagai saksi maka kesaksian mereka langsung gugur. Pertanyaannya, apakah berita ini dikarang Markus dan Injil yang lain?
Lebih lanjut Tim Keller dalam menangkap sejarah Israel. Dia melihat bahwa ada satu ciri dalam sebuah kegerakan mesianik yang ditandai dengan kematian pemimpinnya. Kematian itu adalah akhir dari segalanya. Ketika kematian tiba, mereka kembali ke rumah dan selesai. Namun dalam kisah kebangkitan, ini disebut adalah sebuah PERMULAAN. Kita melihat ada pesan dari Yesus melalui malaikat kepada wanita itu, “Katakanlah kepada murid-murid-Nya Ia telah bangkit”. Ketika mereka tidak ada niat untuk mengunjungi kuburan, bahkan memikirkan kebangkitan adalah kemustahilan, para wanita ini diberitahu untuk menyampaikan pesan Yesus yang sebelumnya sudah Dia katakan, ”IA SUDAH BANGKIT”.
Ketika para murid hilang harap dan menganggap bahwa kegerakan ini telah selesai seperti kegerakan mesias lainnya, mereka disuruh untuk menyampaikan sesuatu. Dan itu adalah awal, itu adalah PERMULAAN dari tatanan baru. Kejahatan telah ditaklukkan. Di mana Yesus tampil sebagai Raja yang akan mengontrol dan mengendalikan segala tatanan yang ada. Banyak orang yang ingin melarikan diri ketika melihat situasi yang gelap. Kita diperhadapkan pada arogansi sebuah kekuasaan dunia yang sewenang-wenang yang membuat banyak orang terancam kehilangan pekerjaan, ekonomi dunia yang semakin sulit bahkan mungkin akan menuju pada situasi dunia yang makin chaos sperti yang terjadi di era tahun 1930-an, yang berujung perang dunia kedua. Pesan ini adalah pengingat dan sekaligus penghibur bahwa kebangkitan adalah kekuatan dari sebuah kekuasan yang tidak TERKALAHKAN.
Pesan ini menantang kita untuk menggaungkan lagi apa yang sudah dimulai dari kematian dan kebangkitan Kristus. Untuk setiap kita, orang terdekat kita, dunia ini berada. Sekali lagi kebangkitan adalah poros yang darinya segala sesuatu bergerak kepada dunia baru. Maka kita dipanggil untuk membawa kebangkitan itu kedalam keseharian kita.
Mari merenungkan kembali perkataan Tim Keller ini:
Selamat Paskah!
*) Penulis Melayani pelayanan Mahasiswa dan Misi di Perkantas Surabaya.